Bohong adalah penyakit yang menghinggapi
masyarakat di segala zaman. Ia adalah
penyebab utama bagi timbulnya segala macam
bentuk kejelekan dan kerendahan. Suatu
masyarakat takkan lurus selamanya jika
perbuatan bohong ini merajalela di antara
individu-individunya. Dan suatu bangsa takkan
bisa menaiki tangga kemajuan kecuali jika
berlandaskan pada kejujuran.
Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa
saling membenci antara sesama teman. Rasa
saling mempercayai antar sesama akan hilang,
dan akan tercipta suatu bentuk masyarakat yang
tidak berlandaskan asas saling tolong-menolong
atau gotong royong. Apabila bohong sudah
merajalela ke dalam tubuh masyarakat, maka
hilanglah rasa senang dan keakraban antara
anggota-anggotanya. Mengingat dampaknya
yang sangat negatif dan membahayakan
masyarakat, maka Islam melarang berbohong
dan menganggap perbuatan ini sebagai
perbuatan dosa besar. Cukuplah kiranya untuk
menjadi dalil pengharaman bohong ini ayat-
ayat sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta.” (Q.S. 40 : 28).
Dan firman Allah : “Kemudian marilah kita
bermubahalah (bersumpah) kepada Allah dan
kita minta supaya laknat Allah ditimpakan
kepada orang-orang yang dusta” (QS. 3 : 61).
Kemudian Nabi SAW berwasiat agar kaum
muslimin berpegang teguh pada kejujuran dan
membuang jauh-jauh sifat pembohong.
Dalam hadits berikut beliau bersabda :
ﺍﻥ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺒﺮ, ﺍﻥ ﺍﻟﺒﺮ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ,
ﻭﺍﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﺼﺪﻕ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﻳﻘﺎ, ﻭﺍﻥ
ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻘﺠﻮﺭ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ
ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﻜﺬﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺍﺑﺎ
)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan
kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan
menghantarkan kepada surga. Seseorang yang
berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai
orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu
akan menunjukkan kepada kelaliman, dan
kelaliman itu akan menghantarkan ke arah
neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat
bohong akan ditulis oleh Allah sebagai
pembohong.” (Hadits riwayat Bukhari dan
Muslim )
Rasulullah pernah bersabda pula :
ﺍﻳﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﺛﻼﺙ : ﺍﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﻛﺬﺏ ﻭﺍﺫﺍ ﻭﻋﺪ ﺃﺧﻠﻒ
ﻭﺍﺫﺍ ﺅﺗﻤﻦ ﺧﺎﻥ
“Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila
berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari
janjinya dan apabila dipercaya berbuat
khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.).
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada
tambahan:
ﻭﻟﻢ ﺃﺳﻤﻊ ﻳﺮﺧﺺ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻣﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺬﺏ
ﺇﻻ ﻓﻲ ﺛﻼﺙ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻭﺍﻹﺻﻼﺡ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺣﺪﻳﺚ
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺯﻭﺟﻬﺎ
Artinya:
Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar
bahwa beliau memberikan rukhsoh
(keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh
manusia kecuali dalam perang, mendamaikan
antara manusia, pembicaraan seorang suami
pada istrinya dan pembicaraan istri pada
suaminya”.
[Dinukil dari Riyadhush Sholihin, Bab. Al Ishlah
bainan naas]
Hadits Ummu Kultsum ini diriwayatkan juga
oleh At Tirmidzi (no.2063, Maktabah Asy
Syamilah) dan beliau katakan, ‘Ini adalah Hadits
Hasan Shohih’. Dan Abu Dawud (no.4920, Baitul
Afkaar Ad Dauliyah)
2. Hadits Asma’ binti Yazid diriwayatkan oleh At
Tirmidzi dalam Sunannya yang redaksinya
hampir sama dengan hadits Ummu Kultsum
yaitu:
ﻋﻦ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺑﻨﺖ ﻳﺰﻳﺪ ﻗﺎﻟﺖ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ -ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- » ﻻ ﻳﺤﻞ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﻻ ﻓﻰ ﺛﻼﺙ ﻳﺤﺪﺙ
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻟﻴﺮﺿﻴﻬﺎ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ
ﻟﻴﺼﻠﺢ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ «. ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻓﻰ ﺣﺪﻳﺜﻪ » ﻻ
ﻳﺼﻠﺢ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﻻ ﻓﻰ ﺛﻼﺙ «. ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ ﻫﺬﺍ
ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻻ ﻧﻌﺮﻓﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺇﻻ ﻣﻦ
ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﺧﺜﻴﻢ .
Artinya:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rosululloh
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: “Bohong itu
tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami
pada istrinya agar mendapat ridho istrinya,
bohong dalam perang, dan bohong untuk
mendamaikan diantara manusia”.
Mahmud berkata dalam haditsnya: “Tidak boleh
berbohong kecuali dalam tiga hal”.
Abu ‘Isa (At Tirmidzi) berkata, ‘Ini hadits hasan,
kami tidak mengetahuinya dari hadits Asma’
kecuali dari hadits Ibnu Khutsaim’. [Sunan At
Tirmidzi (2064) 7/408, Maktabah Asy Syamilah]
Musykil:
Apakah hadits-hadits diatas bertentangan
dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits-hadits yang
shohih yang lain yang memerintahkan untuk
jujur dan melarang untuk berbohong?
Misalnya, Alloh ﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman:
ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﻮﻧﻮﺍ ﻣﻊ ﺍﻟﺼﺎﺩﻗﻴﻦ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar”. [At Taubah]
Atau sabda Rosululloh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :
ﻋﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ
ﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪﻕ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﺮ ﻭﺇﻥ
ﺍﻟﺒﺮ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﻣﺎ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﺼﺪﻕ
ﻭﻳﺘﺤﺮﻯ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﻳﻘﺎ ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ
ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ
ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﺎ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻜﺬﺏ ﻭﻳﺘﺤﺮﻯ
ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺍﺑﺎ
Artinya:
Dari Abdulloh dia berkata, Rosululloh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: “Wajib atas kalian untuk
jujur, sesungguhnya kejujuran itu akan
membimbing kalian menuju ke kebajikan, dan
kebajikan akan membimbing menuju surga,
dan tidaklah seorang laki-laki itu jujur dan
berusaha untuk jujur maka dia akan dicatat di
sisi Alloh sebagai siddiiq. Hati-hati kalian dari
bohong karena sesungguhnya bohong itu
membimbing menuju kefajiran dan kefajiran
membimbing menuju ke neraka, dan tidaklah
seseorang itu berbohong dan berusaha untuk
berbohong maka akan dicatat di sisi Alloh
sebagai pembohong”. [HR. Muslim 105-(2607),
At Tirmidzi 2099, Ibnu Majah 3981, Malik 3627,
Ahmad 3710, Ibnu Hibban 509, Al Baihaqi
21338, dan lain-lain, Maktabah Asy Syamilah]
masyarakat di segala zaman. Ia adalah
penyebab utama bagi timbulnya segala macam
bentuk kejelekan dan kerendahan. Suatu
masyarakat takkan lurus selamanya jika
perbuatan bohong ini merajalela di antara
individu-individunya. Dan suatu bangsa takkan
bisa menaiki tangga kemajuan kecuali jika
berlandaskan pada kejujuran.
Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa
saling membenci antara sesama teman. Rasa
saling mempercayai antar sesama akan hilang,
dan akan tercipta suatu bentuk masyarakat yang
tidak berlandaskan asas saling tolong-menolong
atau gotong royong. Apabila bohong sudah
merajalela ke dalam tubuh masyarakat, maka
hilanglah rasa senang dan keakraban antara
anggota-anggotanya. Mengingat dampaknya
yang sangat negatif dan membahayakan
masyarakat, maka Islam melarang berbohong
dan menganggap perbuatan ini sebagai
perbuatan dosa besar. Cukuplah kiranya untuk
menjadi dalil pengharaman bohong ini ayat-
ayat sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta.” (Q.S. 40 : 28).
Dan firman Allah : “Kemudian marilah kita
bermubahalah (bersumpah) kepada Allah dan
kita minta supaya laknat Allah ditimpakan
kepada orang-orang yang dusta” (QS. 3 : 61).
Kemudian Nabi SAW berwasiat agar kaum
muslimin berpegang teguh pada kejujuran dan
membuang jauh-jauh sifat pembohong.
Dalam hadits berikut beliau bersabda :
ﺍﻥ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺒﺮ, ﺍﻥ ﺍﻟﺒﺮ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ,
ﻭﺍﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﺼﺪﻕ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﻳﻘﺎ, ﻭﺍﻥ
ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻘﺠﻮﺭ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ ﻳﻬﺪﻯ ﺍﻟﻰ
ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﻜﺬﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺍﺑﺎ
)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan
kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan
menghantarkan kepada surga. Seseorang yang
berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai
orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu
akan menunjukkan kepada kelaliman, dan
kelaliman itu akan menghantarkan ke arah
neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat
bohong akan ditulis oleh Allah sebagai
pembohong.” (Hadits riwayat Bukhari dan
Muslim )
Rasulullah pernah bersabda pula :
ﺍﻳﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﺛﻼﺙ : ﺍﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﻛﺬﺏ ﻭﺍﺫﺍ ﻭﻋﺪ ﺃﺧﻠﻒ
ﻭﺍﺫﺍ ﺅﺗﻤﻦ ﺧﺎﻥ
“Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila
berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari
janjinya dan apabila dipercaya berbuat
khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.).
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada
tambahan:
ﻭﻟﻢ ﺃﺳﻤﻊ ﻳﺮﺧﺺ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻣﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺬﺏ
ﺇﻻ ﻓﻲ ﺛﻼﺙ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻭﺍﻹﺻﻼﺡ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺣﺪﻳﺚ
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺯﻭﺟﻬﺎ
Artinya:
Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar
bahwa beliau memberikan rukhsoh
(keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh
manusia kecuali dalam perang, mendamaikan
antara manusia, pembicaraan seorang suami
pada istrinya dan pembicaraan istri pada
suaminya”.
[Dinukil dari Riyadhush Sholihin, Bab. Al Ishlah
bainan naas]
Hadits Ummu Kultsum ini diriwayatkan juga
oleh At Tirmidzi (no.2063, Maktabah Asy
Syamilah) dan beliau katakan, ‘Ini adalah Hadits
Hasan Shohih’. Dan Abu Dawud (no.4920, Baitul
Afkaar Ad Dauliyah)
2. Hadits Asma’ binti Yazid diriwayatkan oleh At
Tirmidzi dalam Sunannya yang redaksinya
hampir sama dengan hadits Ummu Kultsum
yaitu:
ﻋﻦ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺑﻨﺖ ﻳﺰﻳﺪ ﻗﺎﻟﺖ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ -ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- » ﻻ ﻳﺤﻞ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﻻ ﻓﻰ ﺛﻼﺙ ﻳﺤﺪﺙ
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻟﻴﺮﺿﻴﻬﺎ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ
ﻟﻴﺼﻠﺢ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ «. ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻓﻰ ﺣﺪﻳﺜﻪ » ﻻ
ﻳﺼﻠﺢ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﻻ ﻓﻰ ﺛﻼﺙ «. ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ ﻫﺬﺍ
ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻻ ﻧﻌﺮﻓﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺇﻻ ﻣﻦ
ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﺧﺜﻴﻢ .
Artinya:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rosululloh
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: “Bohong itu
tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami
pada istrinya agar mendapat ridho istrinya,
bohong dalam perang, dan bohong untuk
mendamaikan diantara manusia”.
Mahmud berkata dalam haditsnya: “Tidak boleh
berbohong kecuali dalam tiga hal”.
Abu ‘Isa (At Tirmidzi) berkata, ‘Ini hadits hasan,
kami tidak mengetahuinya dari hadits Asma’
kecuali dari hadits Ibnu Khutsaim’. [Sunan At
Tirmidzi (2064) 7/408, Maktabah Asy Syamilah]
Musykil:
Apakah hadits-hadits diatas bertentangan
dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits-hadits yang
shohih yang lain yang memerintahkan untuk
jujur dan melarang untuk berbohong?
Misalnya, Alloh ﺗﻌﺎﻟﻰ berfirman:
ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﻮﻧﻮﺍ ﻣﻊ ﺍﻟﺼﺎﺩﻗﻴﻦ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar”. [At Taubah]
Atau sabda Rosululloh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :
ﻋﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ
ﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪﻕ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﺮ ﻭﺇﻥ
ﺍﻟﺒﺮ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﻣﺎ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﺼﺪﻕ
ﻭﻳﺘﺤﺮﻯ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﻳﻘﺎ ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ
ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ
ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﺎ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻜﺬﺏ ﻭﻳﺘﺤﺮﻯ
ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺬﺍﺑﺎ
Artinya:
Dari Abdulloh dia berkata, Rosululloh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: “Wajib atas kalian untuk
jujur, sesungguhnya kejujuran itu akan
membimbing kalian menuju ke kebajikan, dan
kebajikan akan membimbing menuju surga,
dan tidaklah seorang laki-laki itu jujur dan
berusaha untuk jujur maka dia akan dicatat di
sisi Alloh sebagai siddiiq. Hati-hati kalian dari
bohong karena sesungguhnya bohong itu
membimbing menuju kefajiran dan kefajiran
membimbing menuju ke neraka, dan tidaklah
seseorang itu berbohong dan berusaha untuk
berbohong maka akan dicatat di sisi Alloh
sebagai pembohong”. [HR. Muslim 105-(2607),
At Tirmidzi 2099, Ibnu Majah 3981, Malik 3627,
Ahmad 3710, Ibnu Hibban 509, Al Baihaqi
21338, dan lain-lain, Maktabah Asy Syamilah]