Allah ta’ala berfirman,
“Kemudian apabila datang kepada
mereka kemakmuran, mereka
berkata: “Ini adalah karena (usaha)
kami”. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan
sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang besertanya.
Ketahuilah, sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari
Allah, akan tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui” [Al-A’rof:
131]
Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin
rahimahullah berkata,
ﻭﻣﻌﻨﻰ} :ﻳﻄﻴﺮﻭﺍ ﺑﻤﻮﺳﻰ ﻭﻣﻦ ﻣﻌﻪ:{ ﺃﻧﻪ
ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻫﻢ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﺍﻟﺠﺪﺏ ﻭﺍﻟﻘﺤﻂ ﻗﺎﻟﻮﺍ :
ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ؛ ﻓﺄﺑﻄﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻌﻘﻴﺪﺓ ﺑﻘﻮﻟﻪ: ﺃﻻ ﺇﻧﻤﺎ ﻃﺎﺋﺮﻫﻢ ﻋﻨﺪ
ﺍﻟﻠﻪ
“Makna firman Allah ta’ala, “Mereka
lemparkan sebab kesialan itu
kepada Musa dan orang-orang yang
besertanya”, bahwasannya apabila
mereka ditimpa musibah, kemarau
dan kekeringan, mereka berkata,
“Ini kesialan karena Musa dan
pengikut-pengikutnya”, maka Allah
membatilkan keyakinan ini dengan
firman-Nya, “Sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari
Allah”.” [Al-Qoulul Mufid, terbitan
Dar Ibnil Jauzi KSA, 1/561]
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Abdul
Aziz Aalus Syaikh hafizhahullah
berkata,
ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻄﻴﺮ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺃﻋﺪﺍﺀ ﺍﻟﺮﺳﻞ،
ﻭﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ، ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻛﺬﻟﻚ
ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻣﻮﻡ، ﻭﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ
ﺍﻟﺸﺮﻛﻴﺔ، ﻭﻟﻴﺴﺖ ﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺃﺗﺒﺎﻉ
ﺍﻟﺮﺳﻞ، ﻭﺃﻣﺎ ﺃﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻘﻮﻥ
ﺫﻟﻚ ﺑﻤﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻭﺍﻟﻘﺪﺭ، ﺃﻭ
ﺑﻤﺎ ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ -ﺟﻞ ﻭﻋﻼ- ﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﺛﻮﺍﺏ
ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻛﻤﺎ
ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺃﻟﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﻃﺎﺋﺮﻫﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ
“Bahwa takut sial adalah termasuk
sifatnya musuh para Rasul dan
karakter kaum musyrikin, jika
demikian maka ia tercela, bahkan
termasuk karakter kaum musyrikin
yang syirik. Adapun pengikut para
Rasul maka mereka
menghubungkan kesialan itu
dengan apa yang ada di sisi Allah
yaitu Qodho dan Qodar, atau
dengan apa yang telah Allah jalla
wa ‘ala tetapkan untuk mereka
sebagai pahala atas amalan-amalan
mereka maupun hukuman atas
kejelekan-kejelekan mereka,
sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya kesialan mereka itu
adalah ketetapan dari Allah”.” [At-
Tamhid, terbitan Daarut Tauhid
1424 H, hal. 337-338]
Beberapa Pelajaran:
1) Seorang mukmin harus meyakini
bahwa yang mampu untuk
memberikan manfaat dan
menimpakan mudarat hanya Allah
tabaraka wa ta’ala.
2) Merasa takut sial, yaitu meyakini
sesuatu seperti waktu-waktu
tertentu, suara-suara tertentu dan
angka-angka tertentu dapat
mendatangkan kesialan atau
kemudaratan adalah syirik kepada
Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam menegaskan,
ﺍﻟﻄﻴﺮﺓ ﺷﺮﻙ، ﻭﻣﺎ ﻣﻨﺎ ﺇﻟﺎ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ
ﻭﺟﻞ ﻳﺬﻫﺒﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮﻛﻞ
“Takut sial itu syirik.” (Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu berkata): “Tidak
ada seorang pun dari kami kecuali
merasa takut sial, akan tetapi Allah
‘azza wa jalla menghilangkannya
dengan tawakkal.” [HR. Ahmad, Al-
Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,
Abu Daud, At-
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi
dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah:
429, Shahihul Jaami’: 3960]
3) Merasa takut sial adalah
kebiasaan orang-orang kafir, jadi
selain itu syirik, juga tasyabbuh
kepada mereka, maka dalam ayat
ini terkandung peringatan bahwa
tasyabbuh kepada orang-orang kafir
termasuk jalan yang mengantarkan
kepada syirik.
4) Sifat kaum mukminin senantiasa
bersandar kepada Allah tabaraka wa
ta’ala, karena semua yang terjadi di
alam ini, manfaat maupun bahaya,
baik dan jelek, semuanya adalah
ketetapan Allah ‘azza wa jalla.
5) Diantara sebab kesialan adalah
dosa-dosa hamba, Allah ta’ala
menimpakan kemudaratan
kepadanya karena dosa-dosanya.
“Kemudian apabila datang kepada
mereka kemakmuran, mereka
berkata: “Ini adalah karena (usaha)
kami”. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan
sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang besertanya.
Ketahuilah, sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari
Allah, akan tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui” [Al-A’rof:
131]
Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin
rahimahullah berkata,
ﻭﻣﻌﻨﻰ} :ﻳﻄﻴﺮﻭﺍ ﺑﻤﻮﺳﻰ ﻭﻣﻦ ﻣﻌﻪ:{ ﺃﻧﻪ
ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻫﻢ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﺍﻟﺠﺪﺏ ﻭﺍﻟﻘﺤﻂ ﻗﺎﻟﻮﺍ :
ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ؛ ﻓﺄﺑﻄﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻌﻘﻴﺪﺓ ﺑﻘﻮﻟﻪ: ﺃﻻ ﺇﻧﻤﺎ ﻃﺎﺋﺮﻫﻢ ﻋﻨﺪ
ﺍﻟﻠﻪ
“Makna firman Allah ta’ala, “Mereka
lemparkan sebab kesialan itu
kepada Musa dan orang-orang yang
besertanya”, bahwasannya apabila
mereka ditimpa musibah, kemarau
dan kekeringan, mereka berkata,
“Ini kesialan karena Musa dan
pengikut-pengikutnya”, maka Allah
membatilkan keyakinan ini dengan
firman-Nya, “Sesungguhnya kesialan
mereka itu adalah ketetapan dari
Allah”.” [Al-Qoulul Mufid, terbitan
Dar Ibnil Jauzi KSA, 1/561]
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Abdul
Aziz Aalus Syaikh hafizhahullah
berkata,
ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻄﻴﺮ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺃﻋﺪﺍﺀ ﺍﻟﺮﺳﻞ،
ﻭﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ، ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻛﺬﻟﻚ
ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻣﻮﻡ، ﻭﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ
ﺍﻟﺸﺮﻛﻴﺔ، ﻭﻟﻴﺴﺖ ﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ ﺃﺗﺒﺎﻉ
ﺍﻟﺮﺳﻞ، ﻭﺃﻣﺎ ﺃﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻘﻮﻥ
ﺫﻟﻚ ﺑﻤﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻭﺍﻟﻘﺪﺭ، ﺃﻭ
ﺑﻤﺎ ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ -ﺟﻞ ﻭﻋﻼ- ﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﺛﻮﺍﺏ
ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻛﻤﺎ
ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺃﻟﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﻃﺎﺋﺮﻫﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ
“Bahwa takut sial adalah termasuk
sifatnya musuh para Rasul dan
karakter kaum musyrikin, jika
demikian maka ia tercela, bahkan
termasuk karakter kaum musyrikin
yang syirik. Adapun pengikut para
Rasul maka mereka
menghubungkan kesialan itu
dengan apa yang ada di sisi Allah
yaitu Qodho dan Qodar, atau
dengan apa yang telah Allah jalla
wa ‘ala tetapkan untuk mereka
sebagai pahala atas amalan-amalan
mereka maupun hukuman atas
kejelekan-kejelekan mereka,
sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya kesialan mereka itu
adalah ketetapan dari Allah”.” [At-
Tamhid, terbitan Daarut Tauhid
1424 H, hal. 337-338]
Beberapa Pelajaran:
1) Seorang mukmin harus meyakini
bahwa yang mampu untuk
memberikan manfaat dan
menimpakan mudarat hanya Allah
tabaraka wa ta’ala.
2) Merasa takut sial, yaitu meyakini
sesuatu seperti waktu-waktu
tertentu, suara-suara tertentu dan
angka-angka tertentu dapat
mendatangkan kesialan atau
kemudaratan adalah syirik kepada
Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam menegaskan,
ﺍﻟﻄﻴﺮﺓ ﺷﺮﻙ، ﻭﻣﺎ ﻣﻨﺎ ﺇﻟﺎ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ
ﻭﺟﻞ ﻳﺬﻫﺒﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮﻛﻞ
“Takut sial itu syirik.” (Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu berkata): “Tidak
ada seorang pun dari kami kecuali
merasa takut sial, akan tetapi Allah
‘azza wa jalla menghilangkannya
dengan tawakkal.” [HR. Ahmad, Al-
Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,
Abu Daud, At-
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi
dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah:
429, Shahihul Jaami’: 3960]
3) Merasa takut sial adalah
kebiasaan orang-orang kafir, jadi
selain itu syirik, juga tasyabbuh
kepada mereka, maka dalam ayat
ini terkandung peringatan bahwa
tasyabbuh kepada orang-orang kafir
termasuk jalan yang mengantarkan
kepada syirik.
4) Sifat kaum mukminin senantiasa
bersandar kepada Allah tabaraka wa
ta’ala, karena semua yang terjadi di
alam ini, manfaat maupun bahaya,
baik dan jelek, semuanya adalah
ketetapan Allah ‘azza wa jalla.
5) Diantara sebab kesialan adalah
dosa-dosa hamba, Allah ta’ala
menimpakan kemudaratan
kepadanya karena dosa-dosanya.